|
Harajuku Sisterhood
Hello there, we're four young women that starting to live at the Sakura Country, Japan.We have different personalities that make our relationships kinda complicated. And that is the thing that make this story interesting. Just come, stay and read our stories. And you will love us for sure. |
|
|
about this blog
Blog ini dibuka sebagai perwujudan ide dari empat orang gadis yang ingin membuat novel bersama.Do enjoy your stay here, and don't take what's not yours! the contents
♥ Biodata Karakter♥ Babak 1 - Hajimari tagboard
affiliates
Ally's Diary
friend
friend
friend
archives
credits
Design: doughnutcrazyIcon: morphine_kissed Do credit accordingly if you changed the icon. |
Hajimari [Puri] #1
Sabtu, biasanya merupakan hari yang menyenangkan bagi kebanyakan orang, dimana merupakan waktunya libur dari pekerjaan dan bisa menghabiskan waktu dengan bersenang-senang. Namun sayangnya bagi Puri tidak untuk hari ini, sebab dirinya sedang dalam perjalanan menuju rumah baru. Ya, sudah dua minggu sejak gadis ini memijakkan kaki di Jepang, yang tak akan mungkin dilakukannya kalau bukan demi meneruskan pendidikannya agar mendapatkan pengalaman yang lebih baik. Dan dalam dua minggu lalu dirinya sibuk mencari tempat tinggal sendiri, sebab memang tempat tinggal tak masuk dalam fasilitas yang ia dapatkan dalam program pertukaran pelajar yang gadis ini jalankan. Untung saja, pada akhirnya ia dapat menemukan tempat yang cocok setelah mencari lowongan sewa rumah di jaringan internet. Dan hari ini, seperti dalam perjanjian, saatnya Puri datang ke calon rumah barunya untuk melakukan kesepakatan terakhir. Masalahnya ia samasekali baru dengan lingkungan ini, kini berdirilah gadis ini di depan stasiun tertegun karena tak tahu harus melangkah kemana. Mungkin dirinya lebih terlihat seperti anak yang tersesat dengan koper dorong ditangan kanan dan kertas berisi gambar rumah ditangan kiri. Belum lagi penampilannya yang memakai celana jeans kebiruan dan jaket yang juga berbahan jeans yang bisa dibilang kebesaran, lebih mirip seperti anak yang kabur dari rumah daripada pelajar. Beberapa saat kemudian barulah dirinya sadar, kalau pepatah ‘takut bertanya sesat dijalan’ adalah fakta yang sangat menohok. Sejujurnya Puri tak pandai dalam berbicara dengan orang yang belum dikenal, sehingga untuk sekedar menanyakan jalan pun rasanya berat. Namun sepertinya tak ada jalan lain, waktu sudah menunjukkan pukul setengah sepuluh, sementara perjanjian diadakan sekitar jam sepuluh. Lagi-lagi sebuah peringatan bagi Puri yang biasa menunda-nunda waktu hanya untuk memperpanjang jam tidurnya. Dengan keputusan untuk menanyakan saja alamat rumah kepada seseorang disana, gadis ini kemudian mengedarkan pandangannya, mencari seseorang yang sekiranya tidak sibuk, yang mana tidak mungkin mengingat semua orang pasti memiliki pekrjaannya masing-masing. Akhirnya Puri menghampiri seorang wanita setengah baya, nampaknya seorang ibu rumah tangga. Lalu bertanya seraya menunjukkan foto “Permisi, saya ingin bertanya sebentar. Kira-kira alamat ini arahnya kemana ya?” Syukurlah wanita itu bersedia menjelaskan jalan, namun tiba-tiba, “Ah, kau juga mau kesana? Aku ikut!” Puri segera menoleh ke arah suara itu, sangat janggal karena kata-kata itu terdengar dalan bahasa inggris, ditemukannya seorang gadis yang–hitam. Bukan, bukan kulitnya yang hitam, melainkan pakaian yang membalut tubuhnya, mulai dari pakaian hingga sepatu, terdapat warna gelap itu. “Are? Anda.. mau kesana juga?” “Iya! Aku ikut!” Berpikir sebentar. “Oke kalau begitu, ayo kesana bersama. Mungkin akan lebih cepat menemukan rumahnya nanti.” “Ah! Oke kalau begitu! I’m so lucky!” Jadi, setelah selesai menanyakan jalan, Puri pun kini beranjak menuju rumah barunya bersama seorang gadis yang nampaknya akan jadi teman satu rumahnya. Setidaknya itu yang ada dalam pikiran Puri, melihat dari keadaan yang tadi. Sepanjang jalan Puri enggan menanyakan kebenaran akan gadis yang kini sedang bersamanya ini. Demam sosialnya masih tinggi. “Eh, maaf sebelumnya.. Nama ku Kurtzee Nichole Vaughn, panggil saja Kurtzee.” Dan akhirnya suara dari sang gadis hitamlah yang memecah hawa beku diantara mereka. Puri hanya tersenyum dan membalas, “Ah, maaf, aku juga lupa. Aku Puri, Puri Ananda.” Label: Babak 1 |