|
Harajuku Sisterhood
Hello there, we're four young women that starting to live at the Sakura Country, Japan.We have different personalities that make our relationships kinda complicated. And that is the thing that make this story interesting. Just come, stay and read our stories. And you will love us for sure. |
|
|
about this blog
Blog ini dibuka sebagai perwujudan ide dari empat orang gadis yang ingin membuat novel bersama.Do enjoy your stay here, and don't take what's not yours! the contents
♥ Biodata Karakter♥ Babak 1 - Hajimari tagboard
affiliates
Ally's Diary
friend
friend
friend
archives
credits
Design: doughnutcrazyIcon: morphine_kissed Do credit accordingly if you changed the icon. |
Hajimari [Hariett] #1
Malam sabtu.Dan baginya setiap malam selalu sama. Ramai, heboh, berisik dan menyenangkan. Gadis itu tertawa puas sambil memeluk kedua lututnya yang dinaikan diatas kursi nya. Matanya menatap lurus kearah layar komputernya yang terlihat ramai. Esok adalah hari Sabtu dan lusa adalah hari Minggu. Kedua hari yang sangat ditunggu-tunggu oleh gadis remaja berumur 19 tahun ini. Tetapi tentu saja ia tak mengincar Sabtu dan Minggu agar bisa keluar bersama teman-temannya,hang out bareng, berbelanja baju dan sebagainya. Juga tidak untuk bertemu sang kekasih, menghabiskan malam indah dan romantic bersama, tertawa bahagia di sepanjang jalan sibuk Harajuku. Sama sekali tidak. Ia bisa berkumpul dengan teman-temannya setiap malam lewat internet dan dia juga tidak bisa dibilang mempunyai seorang kekasih khusus. Ia menanti Sabtu dan Minggu karena di dua hari itu ia bisa diam dikamar tanpa keluar rumah sedikit pun. Berpesta dikamar nya yang bernuansa warna khas perempuan. Kehidupan Hariett hanya berada di seputar kamar dan dunia Internetnya. Setiap orang memang membutuhkan kerja dan ya, Hariett pun bekerja. Ia terpaksa meninggalkan kamar nya setiap Senin hingga Jum’at dari pukul 10 pagi hingga pukul 6 sore. Bekerja part-timer di salah satu toko makanan siap saji adalah pilihan yang tak pernah Hariett sesali meski ia harus terus tersenyum dalam keadaan apapun. Tapi itu lebih baik baginya yang sangat sulit dekat dengan orang dan lebih memilih menyendiri daripada berinteraksi dengan orang lain. Bekerja di toko makanan siap saji memang menuntutnya untuk berinteraksi dengan orang, tapi itu hanya formalitas. Hanya di balik meja dan dibalik alat hitung saja. Setelah orang itu selesai memilih makanan, maka selesai lah perannya terhadap orang itu. Ia hanya harus berinteraksi selama beberapa menit. Rumah besar yang terletak di Harajuku ini adalah rumah yang diberi oleh paman nya Hariett. Namun tidak sepenuhnya diberi karena pamannya hanya membayarkan 2 tahun cicilan pertama saja. Sisanya, Hariett harus membayar sewanya sendirian. Ini adalah konsekuensi karena gadis ini memaksa ingin tinggal di Jepang karena ingin meneruskan hobinya terhadap anime, manga dan segala hal yang berhubungan dengan hal itu kecuali games online. Juga dia ingin tinggal di Jepang agar lebih mudah mengumpulkan koleksi nya terhadap band Jepang kesukaannya dan barang-barang original lainnya yang menyangkut dengan hobinya. Ia tak ingin melanjutkan kuliahnya karena ia sudah mendedikasikan hidupnya kepada hobi. Mungkin ia akan kuliah jika sudah bosan dengan hobinya, itu pun entah kapan. Selama 1 setengah tahun pertama, Hariett hidup tenang di Jepang dengan rumah besar serta satu pembantu—yang biasa di sebut maido di Jepang, tanpa pekerjaan. Namun belakangan ia baru merasakan beratnya hidup seperti itu. Harus membayar uang rumah, listrik, air juga internet. Belum lagi segala pakaian dan kebutuhan yang kebanyakan ia pesan melalui layanan internet. Akhirnya Hariett memutuskan untuk menyewakan 3 kamar sisanya yang kosong. Satu kamar sudah terisi oleh seorang gadis glamour yang terlalu peduli dengan rambut, kuku dan segala hal detil lainnya dari tubuh gadis itu. Tapi lumayan, dengan adanya gadis itu, keuangan Hariett agak terselamatkan. Tapi setelah 3 bulan berlalu, ia masih merasa kepayahan dan akhirnya ia mulai melamar pekerjaan sampingan di toko makanan siap saji tersebut. Plus membuka usaha jual action figure,majalah, anime, manga dan barang-barang original Jepang lewat Internet ke pengkoleksi yang berada di luar Jepang. Dari situ pun Hariett mendapatkan sedikit keuntungan. Namun, ia masih merasa bahwa kamar sisa itu masih harus disewakan. 4 orang lebih baik dibandingkan 1 orang yang membayar rumah meski dengan begitu pemakaian listrik dan air akan bertambah pula. Tetapi ini demi kelangsungan hidupnya di Jepang. Awalnya ia ragu, namun setelah mencoba tinggal bersama Ally ia mempunyai suatu kesimpulan sendiri. Meski tinggal satu rumah bersama, tidak harus mereka saling berinteraksi. Kamar itu Hariett sewakan bukan karena ia butuh teman di dunia nyata, tapi karena ia butuh orang yang bisa membantunya membayar rumah. Dan orang itu pun butuh rumah untuk tinggal. Mereka hanya sekumpulan orang yang terikat oleh sistem Simbiosis Mutualisme. “Hm? Sudah jam 6?” Hariett bergumam ketika satu seri anime komedi nya sudah habis ia tonton. Jam digital di pojok kanan bawah di layar komputernya menunjukkan bahwa sekarang sudah masuk Sabtu pagi. Hariett menguap lebar dan merentangkan tangannya keatas. Ia baru sadar bahwa badannya kini pegal-pegal karena duduk terus menonton sejak malam. Ia mengucek pelan mata nya dan mengintip messangernya. Masih banyak yang online. Mereka semua adalah teman-teman Hariett didunia internet yang mempunyai hobi yang sama. Setelah Hariett mengucapkan oyasumi, ia mematikan messangernya dan berjalan menuju ranjang empuknya. Komputer ia biarkan menyala karena ia sedang mengunduh beberapa video. “Hoaahm—harus tidur. Jam 10 ada yang mau datang,” gumam Hariett sambil masuk kedalam selimut tebalnya. 5 menit kemudian gadis itu sudah tertidur tanpa suara. Ting Tong Ting Tong Hariett membuka matanya yang masih terasa berat. Matanya masih setengah terpejam dan tangannya sedang sibuk meraba-raba daerah bawah bantal dan sekitar bantalnya. Mencari di mana telepon genggam berwarna putihnya berada. Ketika tangannya merasa menyentuh benda elektronik itu, ia membuka matanya dengan sekuat tenaga dan membaca jam yang muncul di layar handphone. “Jam 10,” gumamnya. Namun apa daya, matanya masih mengantuk dikarenakan baru tidur 4 jam. Alih-alih bangun dan membuka pintu untuk menyambut teman barunya, Hariett malah menaruh kembali kepalanya diatas bantal empuk dan melanjutkan tidurnya. Label: Babak 1 |